SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET
 |
| SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET - Review |
Saya selalu percaya bahwa industri film animasi kita memiliki banyak penggiat berbakat. Sudah banyak animator lokal melahirkan karya memukau, baik di arus utama maupun alternatif. Namun, masalah utama sering kali terletak pada penulisan. Hal ini terutama terlihat pada film animasi layar lebar, di mana mayoritas karya terganjal masalah naskah yang membuatnya sulit tampil maksimal. Si Juki the Movie: Harta Pulau Monyet menjadi contoh terbaru dari fenomena ini.
 |
| SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET - Review |
Faza Meonk, sang kreator karakter Si Juki, kali ini menduduki kursi sutradara, berduet dengan Yahya M. dalam penulisan naskah, sekaligus mengisi suara tokoh utama. Hasilnya adalah 107 menit penuh humor yang dilempar secara membabi buta, seolah tanpa perhitungan matang dan hanya berharap ada yang mendarat tepat sasaran.
 |
| SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET - Review |
Sesuai dengan judulnya, film ini mengetengahkan petualangan Si Juki (Faza Meonk) mencari harta karun di Pulau Monyet. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh dua orang tuanya, Bang Mamat (Jaja Mihardja) dan Emak Ijah (Maya Wulan), serta Profesor Juned (Indro Warkop). Mereka mengarungi lautan di atas kapal milik Susi (Megan Domani), sambil menghadapi serangan kru bajak laut Kapten Badai (Bryan Domani).
Petualangan yang menjanjikan keseruan ini baru berlangsung setelah lebih dari 30 menit durasi film berlalu. Setup yang terlalu panjang ini disebabkan oleh terlalu banyaknya lelucon yang diberikan ruang. Gaya bercanda yang liar dan sering kali tidak memberi penonton waktu untuk memproses sebuah banyolan sebelum lelucon berikutnya dilontarkan, membuatnya sulit diikuti. Namun, suara Mandra yang memerankan versi fiktif dirinya senantiasa terdengar menggelitik.
 |
| SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET - Review |
Si Juki the Movie: Harta Pulau Monyet ibarat ledakan kreativitas tinggi yang tidak terkendali. Seperti bocah yang gemar bereksplorasi tanpa pembimbing untuk mengarahkan. Meskipun demikian, kreativitas tetaplah kreativitas, dan ada kalanya ia memancing rasa kagum, terutama pada klimaksnya yang dipresentasikan bak aksi pahlawan super, melalui kombinasi formula Sun Wukong dan One Piece.
Di sisi lain, drama keluarga yang mencoba menyentil soal kegagalan orang tua menghargai anak, tidak memiliki dampak emosional yang kuat. Sekali lagi, ini disebabkan oleh kurang solidnya departemen penulisan. Penokohan yang one-dimensional membuat kedua orang tua Juki hanya terlihat sebagai karikatur yang terus-menerus memarahi sang putra dan bersikap menyebalkan tanpa ada dimensi lain dalam karakter mereka. Ketika pada babak ketiga hati keduanya luluh melihat tindakan Juki, semuanya terasa serba tiba-tiba.
 |
| SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET - Review |
Sebagai animasi, pencapaian visual Si Juki the Movie: Harta Pulau Monyet cukup mengesankan, meskipun sinkronisasi dengan tata suara masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Entah itu masalah timing yang kurang pas atau kekosongan yang luput diisi. Di tengah minimnya kuantitas animasi di layar lebar, kualitas yang masih jauh dari sempurna seperti ini tetap layak diberi apresiasi.
Film ini memang menunjukkan potensi besar dan kreativitas tinggi dari para animator lokal. Namun, perlu adanya peningkatan dalam aspek penulisan dan pengembangan karakter agar karya-karya seperti Si Juki the Movie: Harta Pulau Monyet bisa mencapai potensi maksimalnya dan benar-benar memukau penonton.
“SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET” Official Trailer
 |
| IMDb RATING -SI JUKI THE MOVIE: HARTA PULAU MONYET |
